Rabu, 29 Juni 2011

MENGAPA MENUNDA PERNIKAHAN?



Rosulullah pernah berkata kepada Ali ra: Hai Ali, ada 3 perkara yang jangan kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap penguburannya, dan wanita bila menemukan pria sepadan yang meminangnya (HR. Ahmad)

Kalau kita tanya seseorang pemuda/pemudi, Mengapa belum menikah? Maka jawabanya antara lain :

Masih kuliah/menuntut ilmu.

Dikhawatirkan bila menikah akan mempengaruhi prestasi belajar dan mempengaruhi persiapan masa depan. Hal ini sesungguhnya tergantung dari manajemen waktu, waktu yang biasanya dipakai untuk hura-hura setelah waktu kuliah, diganti dengan mencari nafkah atau bercengkrama dengan keluarga. Disisi lain, bisa menghemat sewa kamar (kost-kost an), dapat saling membantu mengerjakan tugas (kalau satu bidang studi) atau dapat memperluas wawasan diskusi interdisipliner misalnya suami studi ilmu komputer dan istri akutansi maka diskusi komputasi akutansi akan nyambung, atau biologi dengan kimia diskusi tentang biokimia.

Bila menikah akan terkekang

Tidak bisa bebas lagi, tidak bisa kongkow-kongkow di mal setelah pulang kuliah atau kerja, bertambah beban tanggung jawab untuk memberi nafkah istri dan anak. Sedangkan Rosul bersabda: "Bukan golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah" (HR Thabrani).

Belum siap dalam hal materi/rezeki.

Banyak yang beranggapan kalau mau menikah harus siap materi, yang berarti harus punya jabatan yang mapan, rumah minimal BTN, kendaraan dll, sehingga bila belum terpenuhi semua itu, takut untuk "maju". Sedangkan Allah menjamin akan memberikan rizki bagi yang menikah seperti dalam firmanNYA : Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:32). Rasulullah SAW bersabda : "Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga)" (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus).



Tidak ada/belum ada jodoh

Masalah memilih jodoh telah di jelaskan pada tazkiroh 2 pekan yang lalu, dibawah ini adalah pesan Rosul SAW : Imam Thabrani meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa menikahi wanita karena kehormatannya (jabatan), maka Allah SWT hanya akan menambah kehinaan; barang siapa menikah karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah kecuali kefakiran; barang siapa menikahi wanita karena hasab (kemuliaannya), maka Allah hanya akan menambah kerendahan. Dan barang siapa yang menikahi wanita karena ingin menutupi (kehormatan) matanya, membentengi farji (kemaluan) nya, dan mempererat silaturahmi, maka Allah SWT akan memberi barakah-Nya kepada suami-istri tsb".

Imam Abu Daud & At Tirmidzi meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesungguhnya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (dari pada wanita kaya & cantik tapi tidak taat beragama)". Bukan berarti Rasulullah SAW mengabaikan penampilan fisik dari pasangan kita, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : "Kawinilah wanita yang subur rahimnya dan pecinta " (HR Abu Daud, An Nasai & Al Hakim).

"Tiga kunci kebahagiaan suami adalah : Istri yang solehah : “ yang jika dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuat tenang karena bisa menjaga kehormatannya dan taat pada suami".

Mungkin masih ada alasan lainya, yang tidak akan dibahas disini misalnya :
Karena kakak (apalagi wanita) belum menikah
Karena orang tua terlalu selektif memilih calon mantu.
dll.

Manfaat menikah di usia muda :

Menjaga kesucian fajr (kemaluan) dari perzinaan serta menjaga pandangan mata. (QS 24: 30-31).
Dapat melahirkan perasaan tentram (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) dalam hati. (QS 30:21).
Segera mendapatkan keturunan, dimana anak akan menjadi Qurrata A'yunin (penyejuk mata, penyenang hati) (QS 25:74). Karena usia yang baik untuk melahirkan bagi wanita antara 20-30 tahun, diatas umur tsb akan beresiko baik bagi ibu maupun sang baby.
Memperbanyak ummat Islam. Seperti yang dipesankan Rosul, beliau akan membanggakan jumlah ummatnya yang banyak nanti di akhirat.

Kemuliaan menikah :

"Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya." (HR Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri r.a.) Juga dapat ditambahkan, bahwa Islam memberi nilai yang tinggi bagi siapa yang telah menikah, dengan menikah berarti seseorang telah melaksanakan SEPARUH dari agama Islam!, tinggal orang tsb berhati-hati melaksanakan yang separuhnya lagi agar tidak sesat.

Rosul SAW bersabda :

Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi (HR Al Hakim).

Kehinaan melajang/membujang :

"Orang yang paling buruk diantara kalian ialah yang melajang (membujang) dan seburuk-buruk mayat (diantara) kalian ialah yang melajang (membujang)" (HR Imam, diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dari Athiyyah bin Yasar). Itulah yang dapat saya sampaikan kali ini, silakan menambah pengetahuan ikhwati semua yang berencana menikah dengan membaca buku tentang pernikahan atau keluarga islami yang banyak dijual, antara lain :

* Cahyadi Takariawan: Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami
* Muhammad Fauzil Adhim: Kupinang Engkau dengan Hamdalah
* Mustaghfiri Asror: Hak dan Kewajiban Suami Istri.
* Sholih Al Fauzan: Pemuda Islam di Seputar Persoalan yang Dihadapi.

Sebagai penutup, silakan pertanyaan di bawah ini dijawab di dalam hati saja :

Mengapa Saya Menunda Menikah ?

Senin, 27 Juni 2011

KEINGINAN ITU MEMBUTAKAN


Oleh : Gede Prama



Salah satu acara tetap yang diadakan oleh pengelola web site saya adalah chatting. Diantara sekian chatting yang sudah berlalu, topik yang mendatangkan pengunjung paling banyak adalah topik 'hidup ini indah'.
Sebagaimana biasa, selalu ada pro-kontra dalam setiap wacana. Saya tidak perlu lagi menjelaskan alasan-alasan orang yang pro terhadap konsep hidup ini indah. Terutama, karena sudah teramat jelas bagi saya. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang menganggap saya 'melebih-lebihkan' kenyataan tentang hidup ini indah. Secara lebih khusus,  mereka yang kurang terhibur oleh film Italia dengan judul Life Is Beautiful.
Tulisan ini bukan pledoi. Hanya renungan lebih lanjut dari pemikiran saya terdahulu tentang hidup ini indah. Mungkin saja tuduhan orang benar, bahwa saya suka melebih-lebihkan. Dan pengalaman yang berbeda bisa membawa kesimpulan yang berbeda juga.  Di tengah pro-kontra ini, izinkan saya memperjelas lagi argumen-argumen terdahulu.
Coba cermati tempat Anda duduk saat ini. Dengan jabatan, kesehatan, uang, serta dukungan keluarga yang Anda miliki saat ini - sekali lagi saat ini. Saya tidak tahu posisi Anda dalam hal ini. Saat tulisan ini dibuat, ada problema dalam jabatan yang saya duduki. Kesehatan saya lumayan bagus. Uang tergantung pembandingnya. Dukungan keluarga saya, syukur alhamdulilah. Dan duduk di rumah di pinggir kali yang anginnya sedang bertiup kencang.
Anda boleh menyimpulkannya dengan indah atau tidak indah. Bagi saya pribadi, di hotel berbintang lima plus, maupun di rumah yang berlantai tanah liat serta beratap jerami, selalu tersembunyi keindahan dan kenikmatan. Dengan penuh rasa syukur saya ucapkan ke Tuhan, saya pernah hidup di perkampungan kumuh dengan baju berceceran di lantai - karena tidak punya lemari baju. Pernah juga hidup dalam standar orang-orang yang berpunya. Dan yang namanya kenikmatan, dia hadir baik ketika di tempat kumuh, maupun di tempat yang disebut orang mewah.
Dalam kejernihan saya ingin bertutur ke Anda, di kedua tempat tadi manusia sama-sama memakan sepiring lebih nasi dan lauknya. Tidur sekitar enam sampai delapan jam semalamnya. Menghirup udara dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Kalau bepergian, menggunakan apapun bisa sampai di tempat tujuan. Dalam kasus diri saya, ada sebuah tambahan yang membuatnya lebih indah lagi : hidup bersama anak mertua yang sama, serta sejumlah anak kecil yang juga sama.
Beda antara dua kehidupan ekstrim yang pernah saya lalui hanya satu : keinginannya yang berbeda. Dulu, karena belum pernah melewati kehidupan yang disebut orang mewah dan megah, ada keinginan untuk sesegera mungkin sampai di sana. Sekarang, ketika kehidupan tadi sudah sempat dilalui dan dinikmati, ada kesenangan kadang-kadang untuk membayangkan kehidupan yang serba sederhana dulu.
Nah, di sinilah inti ide yang mau saya bagi ke Anda : keinginan itu membutakan. Di tempat dan keadaan manapun - dari kandang kerbau sampai kamar hotel berbintang lima plus, dari naik angkot sampai naik Jaguar, dari mengenakan jam tangan murahan sampai memakai Rolex - orang bisa dibutakan oleh keinginan.  Dan tidak hanya keinginan untuk menaik yang membutakan, keinginan untuk turunpun membutakan.
Coba cermati sejumlah keluarga yang akan berangkat berlibur. Ketika mempersiapkan segala sesuatunya, semua fikiran tertuju pada tujuan wisata. Entah keindahan pemandangan, makanan yang enak, hotel yang nyaman, atau berbelanja barang-barang kebutuhan. Tatkala sudah sampai di tempat tujuan - lengkap dengan badan yang lelah - semua fikiran tertuju pada rumah yang menenteramkan.  Dari lingkungan yang sudah biasa, tempat tidur yang menenteramkan, sampai dengan tiadanya beban untuk membawa tas kemana-mana. Anda lihat sendiri, fikiran lengkap dengan keinginannya, sudah membutakan banyak orang. Di rumah ketika mau berangkat membutakan kenikmatan tinggal di rumah. Di tempat wisata, keinginan membutakan orang untuk menikmati keindahan tempat wisata.
Di pojokan lain dari kehidupan, hal serupa teramat sering terjadi. Kenikmatan-kenikmatan hari ini, sering lewat percuma begitu saja, semata-mata karena banyak orang sudah buta oleh keinginan. Kalau kemudian saya mengajak orang untuk menyelami konsep 'hidup ini indah',  pada fikiran yang dibutakan keinginan, tentu saja jauh panggang dari api.
Sebagai manusia biasa, sayapun kadang dibutakan oleh keinginan. Setelah jadi direktur ingin jadi presiden direktur. Sesudah anak-anak sekolah di salah satu sekolah terbaik di Jakarta, ingin agar mereka segera ke luar negeri. Dan bila sang keinginan diikuti terus, maka buta dan tulilah kita dari semua berkah dan rahmat Tuhan. Syukur adalah kata yang tidak pernah mampir dalam rumah jiwa kita. Dan tanpa rasa syukur, siapapun dan di tingkat kehidupan yang setinggi langitpun hidup kita pasti menderita.
Entahlah, apakah saya sudah berhasil meyakinkan sahabat-sahabat yang masih skeptis terhadap ide tentang hidup ini indah, atau malah membuat mereka tambah tidak percaya. Yang jelas, kata-kata dan logika bukanlah cara yang paling tepat untuk berguru tentang kehidupan.  Ia tidak lebih dari daftar menu saja, atau petunjuk jalan saja. Untuk sampai di sana, kita tidak bisa hanya memandangi petunjuk jalannya. Jalan dan berangkatlah ke sana. Tugas saya memasang petunjuk jalan sudah selesai. Hanya Anda yang bisa membawa diri Anda ke sana.

Sabtu, 25 Juni 2011

ILMU LEBIH UTAMA DARI HARTA


Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu merupakan pusaka para Nabi sedangkan Harta adalah warisan Qorun, Fir’aun dan lainnya.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu dapat menjaga kamu sedangkan Harta kamulah yang menjaganya.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab orang yang kaya Ilmu banyak sahabatnya , sedangkan orang yang kaya Harta banyak musuhnya.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu kalau diberikan malah bertambah sedangkan Harta kalau dibelanjakan akan berkurang.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab orang yang banyak Ilmu disebut agung sedangkan orang yang banyak Harta dipanggil dengan sebutan bakhil.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu tidak perlu penjagaan dari pencuri sedangkan Harta harus dijaga dari pencuri.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab orang yang ber-Ilmu memberikan syafa’at pada hari kiamat sedangkan orang yang banyak Harta pasti akan dihisab.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu tidak akan rusak dan habis sedangkan lamanya pengangguran dalam melewatkan waktu, Harta dapat rusak dan habis.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab Ilmu dapat menerangi hati sedangkan Harta dapat menjadikan padatnya perasaan.

Ilmu lebih utama dari pada Harta sebab orang yang ber-Ilmu dapat merealisir ibadah sedangkan orang yang memiliki Harta, maka dengan harta ia sering mengaku sifat ke-Tuhanan.